Selasa, 26 Oktober 2010

Membentuk Manusia Unggul

Untuk keluar dari pusaran arus yang melemahkan, menapaki jalan berbatu, lalu mendaki bukit keberhasilan, harus lah ditumbuhkan culture of excellence (budaya unggul) di semua bidang kehidupan. Budaya unggul inilah satu-satunya kesempatan kita untuk melompat tinggi melampaui lingkaran setan budaya pecundang yang meninabobokan masyarakat dengan etos kerja lembek, takut akan kompetisi, dan mengukur semua hal dengan materi.
       Budaya unggul adalah ruh tatanan kehidupan yang dipicu oleh getaran-getaran panggilan jiwa. Fondasi keunggulan adalah spritualitas: nurani yang jernih, hati bening, dan akal budi yang cerah. Hanya dengan fondasi keunggulan ini manusia dapat terlepas dari pusaran budaya pecundang dan kuat menghadapi tantangan pendakian keberhasilan. Seratus enam tahun yang lalu Max Weber pernah berkata: jika orang bekerja berdasarkan panggilan jiwanya, maka ia akan unggul melampaui yang lain.
       Budaya unggul harus ditanamkan sejak masa pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan berbasis agama. Kita ini begitu kaya dengan bibit unggul, anda boleh menghitungnya mulai dari para tetangga, berapa yang mampu kuliah di perguruan tinggi ternama. Atau, lihatlah anak-anak yang masih bersekolah di SD dan MI, bukankah begitu bersinar kecerdasan mereka? Sayang sekali kalau bakat-bakat yang banyak sekali ini tidak dimaksimalkan atau bahkan terbuang pergi menjauh dari bumi perdikan.
       Membangun pendidikan yang berbasis budaya unggul dapat dilakukan dengan jalan: pertama, orientasi pendidikan yang mengutamakan substansi, di mana menambah isi perpusatakaan dengan ribuan buku lebih utama daripada memperbanyak jumlah bangunan sekolah. Kedua, menjadikan sekolah sebagai tempat pendidikan yang murah, bahkan kalau bisa dibuat gratis. Biaya tidak boleh lagi menjadi kendala seorang anak untuk tidak sekolah. Ketiga, mengajarkan dan melatih murid-murid tentang kecerdasan spiritual. Karena pendidikan tidak cukup hanya mengajarkan logika-logika berpikir materialis tapi juga harus menyuburkan akar kejernihan dalam sanubari calon-calon penerus bangsa. Pendidikan harus melatih semangat berjuang, persaingan yang bersih, dan kemampuan untuk menghormati orang lain. Pendidikan harus menanamkan akar keimanan yang kuat, sehingga murid tidak mudah terseret arus budaya yang jelek. Keempat, membekali guru-guru dengan kemampuan memotivasi murid dan meningkatkan kemampuan mendidik. Kelima, mencerdaskan guru. Ini penting dilakukan karena hari ini kita dihadapkan dengan banyak guru yang kurang kapasitas intelektualnya. Keenam, memperbaiki ketulusan dan kesejahteraan guru. Ini penting pendidikan adalah dunia yang membutuhkan ketulusan, sebuah pengabdian yang mestinya datang karena panggilan jiwa. Namun, panggilan jiwa untuk menjadi guru juga harus diimbangi dengan terpenuhinya kebutuhan mereka.
       Menyediakan pendidikan bagi masyarakat adalah tanggung jawab Pemerintah Daerah. Dengan otonominya, daerah boleh melakukan inovasi kebijakan yang membuat pendidikan di tempatnya lebih unggul. Pada saatnya nanti, pendidikan tidak hanya persoalan bagaimana membuat orang tidak bodoh, tapi juga bagaimana bisa menjadi kluster ekonomi. Di banyak daerah lain, seperti Jogjakarta dan Malang, pendidikan telah terbukti mampu menjadi pendorong pergerakan kemajuan ekonomi, selain tentu saja mencerdaskan kehidupan bangsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar