Rabu, 07 Mei 2014

Mengenal Rob





Banjir rob/banjir pasang adalah banjir yang disebabkan oleh air laut yang menggenangi daratan, banjir ini biasa terjadi pada daerah yang memiliki permukaan yang lebih rendah daripada permukaan air laut. Isu pemanasan global merupakan pembicaraan hangat yang tengah terjadi di seluruh dunia. Pemanasn global merupakan penyebab meningkatnya suhu udara di bumi, yang tentu saja menyebabkan mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut menjadi naik. Fenomena naiknya air laut ini dikenal dengan sebutan sea level rise. Fenomena ini tentu saja menimbulkan ancaman bagi masyarakat yang betempat tinggal di pesisir pantai. 
 
Pemanfaatan air tanah secara berlebihan/eksploitasi air tanah juga merupakan salah satu penyebab turunnya permukaan tanah. Bagaimana bisa? Pada daerah pesisir yang padat penduduk, tentu kebutuhan akan air bersih juga meningkat. Sehingga banyak yang mengambil air dari sumber air tanah secara berlebihan, hal ini menyebabkan terjadi penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut. 

Selain itu, pembabatan hutan mangrove juga merupakan penyebab terjadinya banjir rob. Salah satu fungsi hutan bakau adalah sebagai penahan air ketika gelombang pasang datang menerjang. Jika hutan mangrove dibabat habis, maka secara otomatis tidak ada lagi penahan gelombang yang datang dan banjir rob yang terjadi menjadi semakin parah.

Selasa, 06 Mei 2014

Mengenal Penyebab Abrasi



Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996). Kekuatan abrasi ditentukan oleh besar-kecilnya gelombang yang menghempas ke pantai. Sebagaimana juga halnya erosi sungai, kekuatan daya kikis oleh gelombang dipertajam pula oleh butiran-butiran material batuan yang terkandung bersama gelombang yang terhempas membentur-bentur batuan.



Abrasi pantai terjadi karena ketidakseimbangan transportasi sedimen. Ketidakseimbangan tersebut terjadi karena berbagai hal, baik alami maupun buatan. Sebab-sebab alami abrasi pantai antara lain karena:
  1. Sifat dataran pantai yang masih muda dan belum berimbang, dimana sumber sedimen (source ) lebih kecil dari kehilangan sedimen (sink).
  2. Adanya sink di daerah lepas pantai.
  3. Perubahan iklim gelombang.
  4. Hilangnya perlindungan pantai (bakau, terumbu karang, gumuk pasir).
  5. Naiknya muka air laut.

Peristiwa akresi dan abrasi dapat terjadi karena adanya variasi kondisi oseanografi. Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu dan salinitas serta angin. Fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda-beda. Wilayah pantai memiliki dinamika perairan yang kompleks.  Proses-proses utama yang sering terjadi meliputi sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan erosi, dan upwelling.  Proses tersebut terjadi karena adanya interaksi antara berbagai komponen seperti daratan, laut, dan atmosfir (Putinella, 2002). Adapun komponen-komponen tersebut antara lain seperti pasang surut, gelombang, arus, angin, struktur geologi pantai, kemiringan dan arah garis pantai.





Senin, 14 April 2014

Memahami Jenis Tanah di Kabupaten Demak



Jenis tanah di Kabupaten Demak terdiri dari :
1.         Alluvial hidromorf.


  Jenis tanah ini terdapat di sepanjang pantai Demak, berwarna kelabu, coklat dan hitam. Permukaan alluvial ini terbentuk dari sedimentasi lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian. Ciri-ciri tanah alluvial yaitu, jenis tanah masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, dan kesuburan umumnya sedang hingga tinggi.



2.         Regosol,
 Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik. Jenis tanah masih muda, belum mengalami deferensiasi horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 – 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Jenis tanah ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Karangawen dan Mranggen.



3.         Grumosol.
Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan batuan vulkanik, sehingga kandungan organiknya rendah. Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, PH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Bonang, Wedung, Kebonagung, Mijen, Karanganyar, Gajah, Demak, Wonosalam, Dempet dan Sayung.

4.         Mediteran.
 Jenis tanah ini bersifat tidak subur, terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Terdapat di Kecamatan Karangawen dan Mranggen.






Dari empat jenis tanah yang ada di Kabupaten Demak,  sebagian besar wilayah berjenis tanah grumosol menjadi keras dan retak-retak pada musim kemarau, yang berakibat sulit digarap. Pada musim penghujan tanahnya lekat sekali, volumenya membesar, sehingga memerlukan sistem drainase yang memadai. Pada daerah tertentu kondisi air tanah menjadi asin yang disebabkan oleh intrusi air laut, terutama pada daerah dekat pantai dan sungai/saluran pembuangan, hal ini dapat mempengaruhi usaha pertanian.
Sementara itu, pada daerah pesisir, daratannya berjenis tanah alluvial. Tanah yang berasal dari endapan lumpur ini bersifat muda dan labil. Sehingga sangat rentan terhadap erosi dan tekanan vertikal. Tidak heran, jenis tanah ini mudah mengalami landsubsidance akibat konsolidasi tanah akibat tekanan dari konstruksi bangunan.

Kamis, 10 April 2014

Mari Mengkaji Abrasi dan Rob di Pesisir Demak




Saat ini telah terjadi degradasi lingkungan luarbiasa di kawasan pesisir Kabupaten Demak. Kondisinya semakin lama semakin memprihatinkan, rob dan abrasi telah mengikis daratan hingga ribuah hektar. Suatu kondisi wilayah yang semula lahan pertanian yang subur, berubah menjadi tambak karena airnya payau. Kini tambak itu pun terpaksa lenyap karena air laut yang datang tak lagi perlahan, melainkan gelombang yang menerjang.
Perubahan lingkungan yang drastis menyebabkan berubahnya pula kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Mata pencaharian yang semula petani, berubah menjadi petambak, dan kini tambak hilang ….. entah pekerjaan apa yang mereka harus lakukan untuk mencari nafkah. Kekayaan dan ekonomi mereka hancur karena bencana ini. Sosial budaya masyarakat di wilayah bencana ini juga berubah, sangat memprihatinkan. Bahkan pada tahun 2005 dua dusun, yakni Senik dan Tambaksari di Desa Bedono Sayung telah musnah tinggal cerita. Sebanyak 208 keluarga terpaksa kehilangan rumah tempat tinggal.
Cerita sedih mengenai abrasi di Sayung ini telah banyak diekspose oleh media seperti Suara Merdeka, Kompas, Okezone, TVOne, dan Metrotv sejak tahun 2009. Kajiannya pun sudah banyak, baik yang dilakukan Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pusat, maupun yang dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Meski demikian, penanganannya masih jauh dari yang dibutuhkan.
Penulis juga mendapatkan informasi bahwa sudah ada 64 penelitian tentang kondisi pesisir Demak oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 2012. Beberapa penelitian juga telah dilakukan oleh perguruan tinggi seperti ITB, UGM, dan UNDIP. Di samping itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga sudah beberapa tahun belakangan menaruh perhatian besar terhadap degradasi lingkungan Kabupaten Demak. Lebih jauh, lembaga asing seperti Wetland, JICA, GIZ juga cukup perhatian dengan pesisir Demak.
Begitu banyak institusi yang menaruh keprihatinan kepada Demak, sementara kita sendiri sebagai warga Demak tidak banyak tahu mengenai apa yang terjadi di bawah bumi Demak ini. Kita juga belum pernah tuntas berhitung untung rugi dari setiap kebijakan yang diambil dalam mengurus pesisir. Kita juga belum cukup jauh menarawang kemungkinan yang akan terjadi pada lingkungan Demak di masa anak cucu kita.
Wilayah pesisir adalah daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Selain diakibatkan oleh faktor perubahan iklim global yang menyebabkan terjadinya kenaikan muka air laut, gelombang pasang, dan abrasi, degradasi lingkungan pesisir juga dapat diakibatkan oleh ulah manusia. Kondisi saat ini sangat mendesak untuk dilakukan pengamanan dan rehabilitasi lingkungan. Karena itu, paper ini diharapkan bisa memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat bagi penanganan degradasi lingkungan pesisir Kabupaten Demak.

Bersambung...