Rabu, 06 April 2011

Hati-Hati Dengan Teknologi Off-Season

Off-Season adalah teknologi memproduksi buah di luar musimnya. Tujuan teknologi ini ada dua yaitu, pertama adalah murni motif ekonomi yang ditujukan untuk menaikkan harga komoditas buah-buahan jauh lebih tinggi dibandingkan ketika dalam musimnya (on season). Tujuan kedua agar buah-buahan tersebut dapat tersedia sepanjang tahun. Komoditas buah-buahan yang sudah teruji berhasil dalam penerapan teknologi off-season adalah: lengkeng, durian, mangga, apel, jeruk dan jambu air.

Penerapan teknologi off-season merupakan peluang bisnis yang sangat menarik. Namun seringkali untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya teknologi ini tidak diterapkan dengan bijak, apalagi jika yang menerapkan adalah pedagang-pengijon, tengkulak dan pemborong. Satu contoh penerapan teknologi yang tidak bijak banyak terjadi pada perkebunan mangga rakyat di Rembang, Ngawi, Situbondo, Probolinggo dan Pasuruan. Dimana jauh sebelum musim mangga mulai para pengijon sudah mendatangi petani/pekebun mangga, mereka mengontrak-mengijon mangga lebih tinggi dari harga pasaran biasa, petani senang bukan kepalang, keuntungan besar dalam benaknya.

Setelah deal dengan petani, para pengijon mengaplikasikan zat pengatur tumbuh (ZPT), yang menghentikan fase vegetatif dan memunculkan fase generatif bunga dan buah. Biasanya dengan aplikasi ZPT buah mangga akan berbuah maju dua  bulan sebelum musimnya dan berbuah amat sangat lebat. Pengijon untung besar, karena selain harga mangga berlipat-lipat, kuantitas produksi mangga juga berlipat-lipat. Petani berpandangan bahwa Pengijon sedang beruntung -tiba beja, bahasa Jawanya- karena anugrah alam. Petani baru sadar ketika sehabis panen pohon-pohon mangganya tidak segera pulih dengan tumbuh pupus dan tunas baru. Pohon mangganya semakin hari semakin merana, daunnya banyak yang mengering, gugur atau mengeriting, dahan ranting mengkerut dan mudah patah (getas), daya tahan tanaman lemah (mudah terserang hama dan penyakit), dan tak jarang panen tersebut menjadi adalah panen terakhir karena pohon tersebut akhirnya mati.

Hal terburuk yang mungkin bisa terjadi karena penerapan yang sembrono dari teknologi off-season ini adalah terganggunya daur/rantai ekologi. Bencana ulat bulu di Probolinggo kemungkinan akibat dari penerapan teknologi off season pada tanaman mangga setempat.

Logikanya, ulat biasanya dalam satu tahun pasti satu musim berkembang biak dan akan menyerang tanaman mangga sebagai makanan. Meski terkesan merugikan, namun hal ini justru membawa manfaat bagi daur hidup mangga. Karena, setelah daun mangga dimakan ulat, akan tumbuh lagi tunas dan daun yang lebih sehat. Selanjutnya, tanaman mangga siap berbuah pada musimnya. Akan tetapi, dengan off-season, perkembangbiakan ulat mangga kemungkinan tidak lagi terputus dalam satu musim. Mereka terus berkembang sepanjang tahun. Akibatnya, jumlahnya berlipat luarbiasa.

Di lain pihak, karena off season pula, tanaman mangga menjadi miskin daun yang menjadi makanan bagi ulat. Karena itu, dampaknya bagi tanaman mangga juga menjadi sangat luarbiasa. Serangan ulat pada mangga melampaui daya dukungnya. Akibatnya, Anda bisa menyaksikan sendiri, ulat bulu menjadi bencana.

Referensi : 1. http://obortani.com/2009/01/06/membuahkan-tanaman-di-luar-musim/ 
                 2. berbagai sumber