Peta Tutupan Lahan Kab. Demak download ukuran asli
Kamis, 31 Januari 2013
Selasa, 29 Januari 2013
Mengapa Memilih Usaha Agribisnis Domba
Usaha agribisnis bisa jadi menjadi sektor alternatif terbaik untuk
menyelesaikan sebagian persoalan ketenagakerjaan di Indonesia. Peternakan adalah satu
bidang agribisnis yang cukup menjanjikan keuntungan. Namun, perlu dipilih
dengan cermat, usaha ternak apa yang tepat untuk anda. Salah-salah harapan
memperoleh untung, malah menjadi rugi besar.
Ternak domba merupakan satu
pilihan terbaik untuk melakukan usaha agribisnis anda. Mengapa demikian? Mari
kita ikuti ulasan berikut. Faktor penting untuk menjadi pertimbangan pemilihan
usaha peternakan adalah (1). Permintaan pangsa pasar; (2). Biaya produksi; dan
(3). Biaya Investasi.
Permintaan pasar merupakan
faktor pertama yang harus dipertimbangkan oleh calon usahawan peternakan. Domba
merupakan jenis ternak yang saat ini masih memiliki pangsa pasar yang luas.
Untuk lokal dan nasional saja untuk konsumsi warung sate, aqiqah dan kurban,
produksi domba masih kurang. Belum lagi pasar luar negeri, seperti untuk tujuan
Timur Tengah sangat terbuka luas. Satu hal yang juga penting, selama ini
pemerintah belum pernah membuka impor kambing/domba. Sehingga, harga bisa
diharapkan tidak akan mengalami fluktuasi yang tajam sebagaimana terjadi pada
sapi.
Biaya produksi dalam usaha
peternakan adalah biaya pakan dan tenaga kerja untuk pemeliharaan. Ternak domba
memiliki biaya pakan yang rendah, karena rumput dan hijauan daun bisa dikatakan
sangat murah bahkan gratis. Tinggal menambahkan asupan tambahan berupa
konsentrat atau suplemen fermentasi. Bandingkan dengan ternak ayam atau bebek
yang biaya pakannya mahal dan harganya selalu naik.
Untuk tenaga kerja, usaha ternak
domba saat ini telah mengenal teknologi fermentasi yang sangat mengurangi beban
mencari rumput. Dengan teknologi suplemen organik Cair (SOC), kegiatan merumput
tidak harus dilakukan tiap hari dan tidak harus rumput. SOC mampu melakukan fermentasi segala jenis
daunan, bahkan daun kering, jerami, dan debog pisang. Di samping itu, hasil
fermentasi pakan bisa digunakan untuk beberapa hari. Dengan demikian, pekerja
hanya perlu merumput sekali untuk digunakan sebagai pakan beberapa hari.
Biaya investasi pada ternak domba adalah untuk membangun kandang yang
baik dan untuk pembelian bibit ternak. Besar kecilnya nilai investasi
bergantung pada jumlah ternak yang akan dipelihara. Artinya, kita bisa memulai
usaha domba ini secara kecil-kecilan atau langsung besar. Kandang ternak
menurut Afnaan dari MT. Farm, usia kandang harus dirancang untuk dapat bertahan
minimal delapan tahun. Kurang dari itu, bisa jadi keuntungan yang diperoleh
selama beberapa tahun akan habis untuk membangun kembali kandang yang terlalu
cepat rusak.
Rabu, 16 Januari 2013
Teknik Sepeda Motor
Modul yang satu ini agaknya perlu dibaca tidak hanya untuk anak SMK, tapi juga bagus dibaca oleh kita-kita yang andalannya cuma sepeda.motor..download
Pengarang : Prof.Dr.Jalius Jama, M.Ed,dkk
Penerbit : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun : 2008
Pengarang : Prof.Dr.Jalius Jama, M.Ed,dkk
Penerbit : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun : 2008
Download Peta Kabupaten Demak
Senin, 14 Januari 2013
Kepemimpinan Tanpa Kemarahan
Meminjam apa kata Wikipedia, kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menyenangkan, berlaku sebagai pelayan, seperti melayani orangtua atau anak sendiri. Kata pepatah Jawa, “memangku resep tyasing sasono”, yang artinya, kita selalu membuat senang hati orang lain.
Kepemimpinan yang baik menjadikan banyak sifat Allah melebur menjadi karakter pribadi. Kebaikan akan selalu berada di sekeliling pemimpin seperti itu. Aura keindahan, keagungan dan kharisma akan terpacar di setiap langkahnya menapaki bumi. Manusia akan selalu berbaik sangka dan yang pasti ridlo Allah selalu menaungi. Sehingga, jin dan setan segan padanya. Angin, air, tanaman dan hewan menghormati, serta menghimpun kekuatannya untuk membantunya, apalagi manusia.
Kemarahan adalah salah satu nafsu, manifestasi dari kejengkelan. Sementara, kejengkelan adalah manifestasi dari ketidaksukaan, dan ketidaksukaan adalah teman dari kebencian. Kebencian adalah sumber kehancuran, karena kebaikan sebesar apa pun akan tertutupi oleh kebencian. Tak akan terjadi proses dan produk yang baik jika dasar atau suasananya adalah kebencian.
Formalitas adalah kaleng kosong, memiliki bentuk tapi tak punya isi. Dipukul menghasilkan bunyi, tapi selain suara tak ada lain yang bisa dinikmati, baik untuk orang lain bahkan untuk diri si pemukul. Sebaliknya, tanpa sebuah kaleng, susu atau koktail buah tetaplah sebuah minuman lezat, tidak peduli ditaruh dipiring, gelas atau kantung plastik saja. Jadi, berhenti lah memukul kaleng (kemarahan) jika tidak ada sesuatu yang bisa diberikan kepada orang lain. Itu sama sekali tiada berguna, bahkan untuk diri Anda sendiri. Mulai lah untuk memberikan sesuatu (substansi) yang bisa dinikmati orang lain, meski itu mengurangi milik Anda atau kenyamanan (harga diri) Anda. Yakin lah pada Allah, dia akan menggantinya. Jika itu berupa kebijakan atau keputusan, maka yakin lah Allah akan menyukainya.
Lihat lah keunggulan yang dimiliki, jangan lihat kekurangan. Karena keunggulan yang selalu diperbaiki akan melenyapkan kekurangan dengan sendirinya. Ibarat para pengrajin batu aji, mereka melihat keindahan bagian batu yang memukau, meski sebagian sisinya cacat. Mereka hanya fokus pada keindahan sisi batu itu ketika mulai menggosoknya dan mengabaikan yang cacat. Pada akhirnya, batu indah seperti yang dibayangkannya terwujud, dan bagian yang cacat pun hilang.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menyenangkan, berlaku sebagai pelayan, seperti melayani orangtua atau anak sendiri. Kata pepatah Jawa, “memangku resep tyasing sasono”, yang artinya, kita selalu membuat senang hati orang lain.
Kepemimpinan yang baik menjadikan banyak sifat Allah melebur menjadi karakter pribadi. Kebaikan akan selalu berada di sekeliling pemimpin seperti itu. Aura keindahan, keagungan dan kharisma akan terpacar di setiap langkahnya menapaki bumi. Manusia akan selalu berbaik sangka dan yang pasti ridlo Allah selalu menaungi. Sehingga, jin dan setan segan padanya. Angin, air, tanaman dan hewan menghormati, serta menghimpun kekuatannya untuk membantunya, apalagi manusia.
Kemarahan adalah salah satu nafsu, manifestasi dari kejengkelan. Sementara, kejengkelan adalah manifestasi dari ketidaksukaan, dan ketidaksukaan adalah teman dari kebencian. Kebencian adalah sumber kehancuran, karena kebaikan sebesar apa pun akan tertutupi oleh kebencian. Tak akan terjadi proses dan produk yang baik jika dasar atau suasananya adalah kebencian.
Formalitas adalah kaleng kosong, memiliki bentuk tapi tak punya isi. Dipukul menghasilkan bunyi, tapi selain suara tak ada lain yang bisa dinikmati, baik untuk orang lain bahkan untuk diri si pemukul. Sebaliknya, tanpa sebuah kaleng, susu atau koktail buah tetaplah sebuah minuman lezat, tidak peduli ditaruh dipiring, gelas atau kantung plastik saja. Jadi, berhenti lah memukul kaleng (kemarahan) jika tidak ada sesuatu yang bisa diberikan kepada orang lain. Itu sama sekali tiada berguna, bahkan untuk diri Anda sendiri. Mulai lah untuk memberikan sesuatu (substansi) yang bisa dinikmati orang lain, meski itu mengurangi milik Anda atau kenyamanan (harga diri) Anda. Yakin lah pada Allah, dia akan menggantinya. Jika itu berupa kebijakan atau keputusan, maka yakin lah Allah akan menyukainya.
Lihat lah keunggulan yang dimiliki, jangan lihat kekurangan. Karena keunggulan yang selalu diperbaiki akan melenyapkan kekurangan dengan sendirinya. Ibarat para pengrajin batu aji, mereka melihat keindahan bagian batu yang memukau, meski sebagian sisinya cacat. Mereka hanya fokus pada keindahan sisi batu itu ketika mulai menggosoknya dan mengabaikan yang cacat. Pada akhirnya, batu indah seperti yang dibayangkannya terwujud, dan bagian yang cacat pun hilang.
‘Birokrasi Diambang Roboh’, Analisis Postur SDM Birokrasi Daerah
Pernah kita mendengar analisis gegabah dari mereka
yang ada di Jakarta atas belanja pegawai di daerah. Mereka mengatakan, DAU
tidak tepat sasaran karana sebagian besar dipakai untuk belanja pegawai.
Pernyataan itu adalah hal yang benar secara materi data, namun salah dalam
mengambil kesimpulan analisis. Apakah hal itu terjadi karena jumlah DAU yang
terlalu kecil, sehingga habis untuk kebutuhan dasar belanja pegawai, atau kah
karena terjadi pemborosan belanja pegawai karena jumlah pegawai yang terlalu
banyak.
Saat ini sebagian besar daerah mengalami dilema alokasi DAU, karena
nilainya terlalu kecil dibanding kebutuhan. Di satu sisi, mereka dituntut untuk
melakukan pembangunan infrastruktur dan investasi sosial ekonomi di daerah. Ini
wajib di era otonomi, karena pimpinan daerah dipilih melalui Pilkada secara
langsung oleh warganya. Agar kepala daerah bisa dikatakan berhasil dan menepati
janji kampenye, mereka harus mengalokasikan cukup dana untuk belanja
infrastruktur. Konsekuensinya, di sisi lain, dana untuk belanja menambah
pegawai ditahan.
Sebagaian daerah lain memilih untuk menambah
jumlah belanja pegawai mengikuti kebutuhan pelayanan ideal untuk masyarakat.
Ini merupakan pilihan yang sulit.
(Bentuk ideal postur SDM)
Daerah-daerah yang memilih untuk menahan belanja
menambah pegawai, pada waktunya akan mengalami masalah postur kepegawaiannya. Kenapa demikian? Karena secara alamiah, setiap tahun akan ada pegawai
yang mengalami pensiun, di sisi lain sejumlah pegawai juga mengalami kenaikan
pangkat. Akibatnya jumlah pegawai di level bawah akan terus berkurang. Sehingga
postur sumber daya manusianya menjadi kecil di bagian bawah, sebagaimana gambar
berikut ini.
Telah jamak diketahui, bahwa sebagian besar
berkurangnya pegawai di daerah adalah karena pensiun. Sementara, sebagian besar
pegawai yang pensiun adalah mereka yg telah berada di top level organisasi.
Dengan pensiunnya mereka, maka banyak jabatan puncak yang menjadi kosong.
Sebagian daerah mengatasi masalah ini dengan memperpanjang masa kerja mereka
yang sudah waktunya pensiun. Kebijakan
ini, untuk sementara cukup menyelesaikan masalah, karena posisi jabatan tetap
terisi.
Namun, apa yang terjadi kemudian. Seiring waktu
postur organisasi akan menjadi sebagaimana gambar di samping. Di mana jumlah
pegawai di low level semakin kecil, sementara, di level top dan minddle semakin
banyak. Karena puncaknya tertahan, maka akan terjadi masalah bottle neck, bagian atas akan
menggelembung sedangkan bagian bawah akan semakin kurus. Postur dengan kaki
kecil dan terlalu berat di atas ini, secara hukum fisika (alamiah) cenderung
mudah roboh.
Langganan:
Postingan (Atom)