Dunia politik agaknya bisa diibaratkan dunia perkungfuan, ada banyak jagoan-jagoan dan ada banyak pertarungan. Sebagaimana dalam film-film kungfu, pertarungan-pertarungan begitu mudah terjadi dengan segala sebab, bahkan untuk masalah-masalah yang sangat sepele. Bahkan, bila keadaan adem ayem, mereka bakal bikin gara-gara untuk sekedar menjajal ilmu kesaktian. Namun biasanya, pertarungan besar disebabkan oleh karena perebutan kekuasaan, perempuan, dan warisan.
Seperti dalam dunia kungfu, banyak juga jenis jagoan politik, ada kroco-kroco yang sekali kibas keok, ada jagoan kacangan yang cuma mengandalkan jurus-jurus dasar, ada jawara yang sudah cukup banyak memenangkan pertarungan, dan ada master yang memiliki banyak ilmu kesaktian.
Layaknya ilmu kungfu, seseorang yang berani bertarung mestinya memiliki keahlian kungfu dan senjata andalan. Keahlian kungfu dalam politik adalah ketrampilan dan kecerdasan memainkan jurus-jurus komunikasi, jurus-jurus lobi, dan diselingi dengan beberapa tipuan. Sementara, senjata dalam berpolitik adalah uang, isu, dan massa.
Dalam sebuah pertarungan besar semacam pilkada, kita bisa mengamati para jagoan macam apa yang sedang bertarung. Biasanya yang cukup kuat adalah jawara yang sudah memiliki pengalaman. Ada juga jenis jagoan yang baru turun gunung dari menimba ilmu di perguruan. Mereka mau menjajal kemampuan. Ada yang sudah membekali dengan keahlian politik dan senjata dana yang cukup. Ada jagoan yang mudah dikompor-kompori sehingga berani maju hanya mengandalkan senjata besar, namun tanpa keahlian. Ada pula jagoan yang sadar hanya punya senjata besar, sehingga mereka merekrut jawara-jawara hebat dan seorang master pertarungan.
Seperti dalam pertarungan kungfu, pertarungan politik biasanya akan dimenangkan oleh pemain yang mampu meramu keahlian dan senjata menjadi jurus yang mematikan. Pemain yang hanya mengandalkan senjata dana, biasanya hanya mampu menggertak, tidak mampu melakukan eksekusi kemenangan. Demikian juga dengan pemain yang hanya mengandalkan kelincahan ilmu bela diri, mereka hanya pandai mempersengit pertarungan. Tetap saja yang bakal menang adalah dia yang mempuni dalam kelincahan bela diri dan tangkas menebaskan sejata mematikan.
Namun dari begitu serunya pertarungan kungfu dan politik, sampai rumput-rumput di sekitarnya mengering dan pohon-pohon ikut terkelupas kulitnya, nanti kita akan dapati keadaan akan kembali semula dalam beberapa waktu. Yang lama akan kembali, karena kekuasaan akan meninabobokan siapa pun yang menempati. Mereka yang mau menyenandungkan nada-nada merdu kepalsuan lah yang bisa mendekati. Hingga akhirnya, tidak banyak kebaikan yang bisa diberikan dan para pendekar yang membantu memenangkan pertarungan akan ditinggalkan. Kemudian, mereka akan menyingkir ke bukit untuk mendirikan sebuah padepokan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar