Selasa, 11 Januari 2011

Andai Saya Jadi Bupati

Andai saya jadi bupati, maka saya akan dapat fasilitas rumah besar dengan halamannya yang luas.
Andai saya jadi bupati, maka saya akan dapat mobil mewah dan pergi ke mana saja diantar sopir tanpa harus keluar biaya bensin dan perawatan. Semua ditanggung negara.
Andai saya jadi bupati, maka tiap hari saya makan enak tanpa keluar biaya, karena dibayarkan negara.
Andai saya jadi bupati, maka saya tidak perlu repot membayar listrik dan air minum yang harganya makin tinggi.
Andai saya jadi bupati, maka anak buah saya banyak sekali. Semua hormat dan patuh.
Andai saya jadi bupati, maka saya tinggal perintah, pasti akan dituruti.
Andai saya jadi bupati, maka para pejabat akan merapat minta selamat.
Andai saya jadi bupati, maka para pengusaha akan datang mengharapkan pertemanan.
Andai saya jadi bupati, maka sejumlah upeti akan datang dengan sendiri.
Karena itu, andai saya jadi bupati, maka dalam lima tahun hartaku akan bertambah banyak sekali.
Dan, jika sifat jahatku muncul, jika saya jadi bupati, maka orang yang tidak aku sukai hidupnya akan sengsara sekali.

Tapi,
Andai saya jadi bupati, anak –istriku akan jauh dari pandanganku sehari-hari. Mungkin dalam hati mereka akan marah padaku.
Andai saya jadi bupati, kesibukanku akan luarbiasa sekali, upacara ini dan itu, acara ini dan itu.
Andai saya jadi bupati, mungkin aku akan jadi pemarah karena kelelahan dan banyak yang harus dipikirkan tiap hari. 
Andai saya jadi bupati, teman-temanku akan menjauh karena untuk menemuiku susah sekali.
Andai saya jadi bupati, canda dan tawaku mungkin takkan lagi bisa lepas karena semua tingkah laku harus selalu diprotokoli.
Andai saya jadi bupati, mungkin orang desa nan jauh akan banyak mengumpatku karena kurang perhatianku pada desa mereka.
Andai saya jadi bupati, mungkin sopir-supir sering memakiku karena banyak jalan berlubang yang mereka lalui.
Andai saya jadi bupati, maka anak-anak yang lapar dan papa akan mendoakanku celaka.
Andai saya jadi bupati, maka banyak orangtua membenciku karena biaya sekolah tak kunjung murah. 
Andai saya jadi bupati, maka kedloliman anak buahku akan mencelakakanku, mungkin di dunia ini atau pasti di akhirat nanti.
Andai saya jadi bupati, maka tiap hari orang-orang munafik akan meniupkan nyanyian menyenangkan agar kuterlena. Tapi kemudian, akan mereka kabarkan kebohongan di telinga. Lalu, saya akan salah mengambil langkah.

Terlalu banyak kesalahan dan dosa yang mungkin terjadi andai saya jadi bupati, tidak sebanding dengan kenikmatan yang bisa saya cicipi.
Belum lagi, berapa dana yang harus terbuang agar saya menjadi bupati, tidak sebanding dengan pendapatan halal yang saya dapat seandainya jadi bupati.

Ahh, sepertinya bukan pilihan bagus untuk jadi bupati.

2 komentar:

  1. Mas Dodo, komentarnya disini aja

    BalasHapus
  2. seandainya saya jadi bupati, pertama yang akan kami lakukan adalah mengumpulkan orang-orang yang jujur yang ada di kabupaten ini, mereka akan saya jadikan penasehat, patner, temen dan sahabat untuk bersama-sama membawa kemajuan dan me"LANJUTKAN" pembangunan demi kesejahteraan rakyat.
    Karena orang-orang seperti ini sudah sangat langka di negeri ini. Mereka tidak mengenal dan tidak mau dijadikan "tuyul" demi pundi-pundi sang majikan. Apalagi membuat kwitansi palsu dan nota aspal. Mereka itu apa adanya, tidak mengenal ABS (Asal Bapak Senang). Semoga bisa menjadi pencerahan bagi semuanya yang peduli negeri ini, sehingga Republik Kebohongan tidak menjadi bencana. Amin.

    BalasHapus