Lebaran merupakan tradisi yang kaya makna dan manfaat. Pada rangkaian tradisi berlebaran, kita melakukan salat Idul Fitri berjama’ah di masjid atau di lapangan. Sebelumnya, kita diharapkan mengumandangkan takbir. Ini merupakan upaya mendekatkan diri pada Allah dengan mengagungkan asma-Nya dan menujukkan kebesaran agama-Nya. Tradisi berikutnya adalah saling berma’afan sebagai upaya menghapus dosa dan kesalahan dalam rangka menggapai ridlo Allah. Berikutnya adalah melaksanakan ziarah kubur leluhur dalam rangka mendo’akan yang mereka telah mendahului kita.
Selanjutnya, makna dan manfaat sosial berlebaran. Tradisi berlebaran adalah peristiwa bertemunya anak dengan orangtua, saudara bertemu dengan kerabatnya, cucu bertemu dengan kakek neneknya, tetangga bertemu dengan tetangga lainnya, dan teman bertemu dengan sahabatnya. Silaturrahmi setahun sekali ini menghidupkan kembali, bahkan menambah jejaring sosial yang mungkin bisa berkembang lebih lanjut. Pada momentum berlebaran, kita juga biasanya menyampaikan zakat dan sodaqoh. Ini memberikan manfaat memperkuat ikatan kesetiakawanan sosial di antara umat Islam.
Terakhir adalah manfaat ekonomi berlebaran. Berlebaran adalah sebuah momentum dimana para perantau meluangkan waktu mudik ke tanah kelahiran masing-masing, untuk bertemu orangtua dan handai taulan. Momentum ini luar biasa masif, sehingga menimbulkan kemacetan luar biasa di jalan-jalan. Sampai-sampai, seluruh stasiun televisi secara khusus melakukan liputan agenda tahunan para perantau ini selama dua minggu. Ini menggambarkan betapa besarnya jumlah orang dan kendaraan yang mau berlebaran. Namun, di balik itu semua, kita juga bisa melihat begitu besarnya potensi ekonomi yang dibawa para pemudik ke daerah.
Marilah kita urai tentang potensi ekonomi berlebaran ini. Menjelang lebaran para pekerja biasanya mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) dari perusahaannya. Para pegawai negeri sipil, tentara dan anggota polisi, biasanya juga memaksimalkan sumber pendapatan yang bisa diperoleh menjelang lebaran, misalnya dari rapelan tunjangan kinerja, uang lauk-pauk, dan sebagainya. Artinya, menjelang lebaran, hampir setiap orang memegang lebih banyak uang dibanding biasanya. Sehingga, peristiwa mudik berlebaran juga berarti mementum terjadinya transfer uang besar-besaran dari pusat ke daerah melalui masyarakat.
Transfer dari pusat ke daerah ini antara lain berbentuk zakat, infaq dan sodaqoh. Bisa juga berupa tradisi memberikan uang kepada orangtua, keponakan dan sanak-saudara lainnya. Namun, ada yang lebih besar dari itu semua, yaitu: uang yang dibelanjakan para pemudik selama di daerah, seperti untuk membeli pakaian, makanan, jajanan dan BBM, termasuk juga untuk kegiatan berwisata.
Memaksimalkan Manfaat ekonomi lebaran
Begitu besarnya potensi ekonomi lebaran tentunya sayang untuk dilewatkan. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa uang yang beredar di Indonesia sebagian besar menumpuk di Jakarta, sementara daerah hanya kebagian sedikit saja. Karena itu, momen lebaran ini penting dalam rangka mempersempit kesenjangan dana pusat dengan daerah.
Selain itu, begitu penting momentum transfer ekonomi ini untuk bisa dimanfaatkan oleh daerah adalah karena finansial daerah saat ini benar-benar pada posisi sulit. DAU sebagai kontributor terbesar modal perekonomian daerah, sudah tidak banyak bertambah. Sementara, kebutuhan uang di daerah semakin tahun, semakin bertambah. Untuk itu, segala potensi ekonomi yang memungkinkan perlu ditangkap dalam rangka meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat. Karena itu, pada setiap momentum lebaran, daerah perlu membuat strategi jitu untuk menangkap potensi besar transfer uang dari pusat ini.
Untuk memaksimalkan manfaat ekonomi lebaran, harus dipahami, bahwa kepentingan pemerintah daerah tidak hanya semata-mata mengumpulkan PAD yang besar. Lebih penting lagi adalah menggerakkan ekonomi masyarakat, yang pada momen lebaran mengalami booming. Bisa dibayangkan, begitu ramainya pasar ketika lebaran, harga daging, ayam dan kebutuhan pokok melambung. Meski demikian, barang-barang tersebut tetap diserbu. Begitu banyaknya orang yang mau mengantri untuk sekedar membeli es buah, sate, bakso atau mie ayam. Begitu ramainya toko-toko pakaian, sandal, dan sepatu. Begitu ramainya pengunjung tempat-tempat wisata. Di sektor ekonomi ini lah transfer uang ini sebagian besar terjadi.
Berangkat dari sektor pembelanjaan masyarakat selama lebaran ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memaksimalkan potensi ekonomi lebaran. Pertama, meningkatkan kualitas layanan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi seperti pasar, pertokoan, pujasera, jalan, air bersih, listrik dan sampah. Kedua, membuat even atau media promosi daerah. Ketiga, membuat even-even keramaian di tempat-tempat wisata. Keempat, memberikan cuti bersama atau libur yang cukup untuk para pegawai dan anak sekolah.
Kenapa cuti bersama dan libur yang cukup sangat penting bagi proses menangkap potensi ekonomi lebaran. Tidak ada alasan lain adalah untuk memberikan waktu yang cukup bagi terjadinya proses transfer tersebut. Yaitu berupa kegiatan belanja konsumtif yang dilakukan masyarakat lokal maupun pemudik. Libur yang terlalu pendek mengakibatkan minimnya kegiatan belanja yang dilakukan masyarakat.
Mudah-mudahan ke depan berlebaran bisa lebih memberikan makna dan manfaat kepada masyarakat. Proses pemerataan ekonomi juga bisa terjadi secara lebih maksimal, dimana uang yang terlalu mengumpul di pusat bisa lebih banyak lagi ditransfer ke daerah. Pada akhirnya, ekonomi daerah bisa berkembang lebih cepat dan masyarakat menjadi lebih sejahtera. Amien.. (Oleh: NADHIF ALAWI, ST. ME)