Senin, 14 April 2014

Memahami Jenis Tanah di Kabupaten Demak



Jenis tanah di Kabupaten Demak terdiri dari :
1.         Alluvial hidromorf.


  Jenis tanah ini terdapat di sepanjang pantai Demak, berwarna kelabu, coklat dan hitam. Permukaan alluvial ini terbentuk dari sedimentasi lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian. Ciri-ciri tanah alluvial yaitu, jenis tanah masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, dan kesuburan umumnya sedang hingga tinggi.



2.         Regosol,
 Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik. Jenis tanah masih muda, belum mengalami deferensiasi horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 – 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. Jenis tanah ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Karangawen dan Mranggen.



3.         Grumosol.
Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan batuan vulkanik, sehingga kandungan organiknya rendah. Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, PH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Bonang, Wedung, Kebonagung, Mijen, Karanganyar, Gajah, Demak, Wonosalam, Dempet dan Sayung.

4.         Mediteran.
 Jenis tanah ini bersifat tidak subur, terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Terdapat di Kecamatan Karangawen dan Mranggen.






Dari empat jenis tanah yang ada di Kabupaten Demak,  sebagian besar wilayah berjenis tanah grumosol menjadi keras dan retak-retak pada musim kemarau, yang berakibat sulit digarap. Pada musim penghujan tanahnya lekat sekali, volumenya membesar, sehingga memerlukan sistem drainase yang memadai. Pada daerah tertentu kondisi air tanah menjadi asin yang disebabkan oleh intrusi air laut, terutama pada daerah dekat pantai dan sungai/saluran pembuangan, hal ini dapat mempengaruhi usaha pertanian.
Sementara itu, pada daerah pesisir, daratannya berjenis tanah alluvial. Tanah yang berasal dari endapan lumpur ini bersifat muda dan labil. Sehingga sangat rentan terhadap erosi dan tekanan vertikal. Tidak heran, jenis tanah ini mudah mengalami landsubsidance akibat konsolidasi tanah akibat tekanan dari konstruksi bangunan.

Kamis, 10 April 2014

Mari Mengkaji Abrasi dan Rob di Pesisir Demak




Saat ini telah terjadi degradasi lingkungan luarbiasa di kawasan pesisir Kabupaten Demak. Kondisinya semakin lama semakin memprihatinkan, rob dan abrasi telah mengikis daratan hingga ribuah hektar. Suatu kondisi wilayah yang semula lahan pertanian yang subur, berubah menjadi tambak karena airnya payau. Kini tambak itu pun terpaksa lenyap karena air laut yang datang tak lagi perlahan, melainkan gelombang yang menerjang.
Perubahan lingkungan yang drastis menyebabkan berubahnya pula kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Mata pencaharian yang semula petani, berubah menjadi petambak, dan kini tambak hilang ….. entah pekerjaan apa yang mereka harus lakukan untuk mencari nafkah. Kekayaan dan ekonomi mereka hancur karena bencana ini. Sosial budaya masyarakat di wilayah bencana ini juga berubah, sangat memprihatinkan. Bahkan pada tahun 2005 dua dusun, yakni Senik dan Tambaksari di Desa Bedono Sayung telah musnah tinggal cerita. Sebanyak 208 keluarga terpaksa kehilangan rumah tempat tinggal.
Cerita sedih mengenai abrasi di Sayung ini telah banyak diekspose oleh media seperti Suara Merdeka, Kompas, Okezone, TVOne, dan Metrotv sejak tahun 2009. Kajiannya pun sudah banyak, baik yang dilakukan Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pusat, maupun yang dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Meski demikian, penanganannya masih jauh dari yang dibutuhkan.
Penulis juga mendapatkan informasi bahwa sudah ada 64 penelitian tentang kondisi pesisir Demak oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 2012. Beberapa penelitian juga telah dilakukan oleh perguruan tinggi seperti ITB, UGM, dan UNDIP. Di samping itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga sudah beberapa tahun belakangan menaruh perhatian besar terhadap degradasi lingkungan Kabupaten Demak. Lebih jauh, lembaga asing seperti Wetland, JICA, GIZ juga cukup perhatian dengan pesisir Demak.
Begitu banyak institusi yang menaruh keprihatinan kepada Demak, sementara kita sendiri sebagai warga Demak tidak banyak tahu mengenai apa yang terjadi di bawah bumi Demak ini. Kita juga belum pernah tuntas berhitung untung rugi dari setiap kebijakan yang diambil dalam mengurus pesisir. Kita juga belum cukup jauh menarawang kemungkinan yang akan terjadi pada lingkungan Demak di masa anak cucu kita.
Wilayah pesisir adalah daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Selain diakibatkan oleh faktor perubahan iklim global yang menyebabkan terjadinya kenaikan muka air laut, gelombang pasang, dan abrasi, degradasi lingkungan pesisir juga dapat diakibatkan oleh ulah manusia. Kondisi saat ini sangat mendesak untuk dilakukan pengamanan dan rehabilitasi lingkungan. Karena itu, paper ini diharapkan bisa memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat bagi penanganan degradasi lingkungan pesisir Kabupaten Demak.

Bersambung...